Brosis, yang dari Singaraja kota niscaya sudah tahu aktivitas dari Car Free Day (CFD) yang berlangsung setiap hari Minggu pagi mulai pukul 06.00 - 09.00 Wita yakni dari jalan Ngurah Rai (Patung Singa Ambara Raja) hingga perempatan Udayana (setelah Hardys). Seperti saya ini yang berada jauh dari kota yakni sekitar 18 km dari desa Tamblang ke lokasi CFD tepatnya Patung Singa Ambara Raja yang berada di ujung jalan Ngurah Rai Singaraja. Jadwal CFD itu saya tanyakan kepada salah satu petugas DLLAJ perempuan yang saya lihat di depan tugu Singa, alasannya saya tidak tahu jam Car Freeday di Singaraja.
Pagi ini Minggu (15/5/2016) saya berangkat dari desa Tamblang naik sepeda sendirian sekitar pukul 05.10 Wita melewati beberapa desa ibarat desa Bila Bajang, Bengkala, Kubutambahan, Bungkulan, Sangsit, Kerobokan, Penarukan. Setelah itu masuk jalan kota mulai dari jalan WR. Supratman dan kemudian masuk kota lewat jalan Gajah Mada dan menuju lokasi CFD yang dimulai dari Patung Singa Ambara Raja. Seperti yang terlihat pada aplikasi gowes saya yakni Runtastic, disana terlihat durasi saya gowes dari Tamblang ke Singaraja ialah 46.37 detik dengan menempuh jarak 18.23 km, jadi saya tiba di Singaraja sekitar pukul 06.00 Wita.
Sebelum masuk ke lokasi CFD saya sempat berhenti untuk melihat situasi sempurna di depan Gedung DPRD Kabupaten Buleleng yang ada di jalan Veteran. Saya duduk membisu disana sekitar 5 menit sambil sedikit minum agar tidak dehidrasi. Setelah itu saya mulai mengamati di sekitar patung Singa, ternyata ada tanda rambu tidak boleh masuk yang sudah dipasang oleh petugas DLLAJ (Dinas Lalu-lintas dan Angkutan Jalan) yang waktu itu saya lihat ada tiga orang, dua laki-laki dan satu wanita. Sepertinya saya kenal satu petugas itu, jika tidak salah namanya Ngurah Bego dari Sambangan, tapi saya tidak samperin beliau takut nanti salah orang. Mudah mudahan ada salah satu petugas DLLAJ Buleleng yang membaca goresan pena ini dan memberikan kepada Ngurah Bego itu.
Setelah itu saya berhenti sempurna di sebelah utara Pos Polisi yang digunakan lokasi Syuting oleh Nong Nong Kling ketika menciptakan film pendek yang berjudul Mengikis Keraguan. Disana saya duduk di depan trotoar sambil melihat orang-orang yang melintas di jalan menikmati suasana CFD. Namun selang beberapa menit tiba kendaraan beroda empat tangki yang berwarna hijau dan menyiram tanaman yang ada di sekitar sana dan kesannya saya harus pindah dan menuju ke tengah jalan sempurna di depan Tugu Singa Amabara Raja. Sebelumnya di sana sudah ada bawah umur yang kumpul disana dan saya duduk sempurna disebelah selatannya dan saya juga sempat ngobrol sama mereka. Salah satu dari mereka bertanya "Om dari mana asalnya?" saya menjawab "dari Tamblang gus, tahu desa Tamblang?" salah satu anak menjawab "wih jauh sekali, ke sini naik sepeda om, sendirian om?" dan saya jawab lagi "iya gus naik sepeda sendirian" dan salah satu anak berkata lagi "Gak sekalian dilanjutkan hingga Lovina om?" saya menjawab lagi "wah itu kejauhan gus, nanti baliknya gak dapat takut kecapean?" salah satu anak berkata "wih berpengaruh sekali Omnya naik sepeda jauh gitu."
Mumpung masih berada dalam satu lokasi dan saya pun semapat minta tolong kepada salah satu anak itu untuk mengambil foto dan hasilnya masih gelap, wajah saya tidak kelihatan, mungkin akrena pagi itu masih mendung dan matahari belum tampak untuk dapat menyinari wajahku yang kusam ini. Hampir tidak ada kegiatan yang menarik di depan tugu Singa ini, yang ada cuma orang duduk di jalan, ada juga beberapa bawah umur yang membawa sepeda BMX dan melaksanakan aksinya naik sepeda dengan satu roda belakang saja (standing keto istilahne). Setelah itu saya putuskan untuk menuju ke utara yakni menuju Taman Kota.
Sampai di Taman Kota Singaraja ternyata di sana ramai sekali, banyak orang yang berkeliaran di jalan. Ada bawah umur yang bermain bola di jalan, ada ibu-ibu yang ikut senam kesejukan Jasmani (aerobik) dan ada juga beberapa booth makanan, pakaian dan sepeda motor. Ada sesuatu hal yang menarik yang saya lihat ketika melintas di depan Taman Kota, saya melihat Nissan Juke warna merah digunakan lapak untuk berjualan baju. Baju-baju itu digantung di jendela Nissan Juke itu. Tidak banyak yang saya lalukan di sini, hanya melihat-lihat saja tanpa dapat berbuat apa. Setelah itu saya putuskan untuk pulang saja alasannya sudah mulai panas dan takut ketika perjalanan tersengat matahari yang panas.
Kali ini start dari patung Singa, menuju jalan Veteran, kemudian lewat jalan Gajah ada dan belok kanan menuju Banyuning. Saat perjalanan pulang ini akan sangat terasa capeknya. Awalnya ketika start dari tugu Singa hingga di Kubutambahan, semua medan dapat terlewati dengan baik. Nah sampailah pada pertigaan di Kubutambahan menuju jalur Tamblang, secara kita tahu jalan itu posisinya nanjak meski tidak terlalu najak. Dari sana gres mulai terasa capeknya dan tenaga terus terkuras. Sempat berhenti di depan SD N 7 Kubutambahan atau akrab Kantor Polsek Kubutamhan untuk mengumpulkan tenaga, sehabis itu lanjut lagi. Memang benar-benar sadis medan ini, capeknya benar-benar terasa dan tampaknya otot paha sudah mulai keram.
Setelah itu masih berlanjut mengayuh sepeda yang tak ada hentinya alasannya jalan nanjak, saya putuskan untuk lewat jalan pedesaan untuk menghindari panas dan medan yang baik. Karena jalan itu ada nanjak dan ada juga datar, beda jika lewat jalan raya yang nanjak terus. Jalur jalan tanah ini sudah sering saya lewati, biasanya dapat dilibas tanpa pernah berhenti mengayuh, namun alasannya hari ini benar-benar capek dan tenaga sudah terkuras, kesannya sepeda tidak saya naiki. Jika bertemu jalan datar gres sepeda dikayuh lagi. Keram menghampiri alasannya terlu mekasa mengayuh sepeda di emdan menanjak dan kesannya saya istirahat sejenak. Perjalanan masih jauh kaki keram, sempat frustasi dan mencoba nyari ojek saja untuk cepat hingga di rumah. Namun hal itu tidak saya lakukan alasannya aib sama diri sendiri.
Dengan susah payah kadang berjalan dan kadang mengayuh sepeda, saya mencoba melintasi jalan tanah itu dan berharap cepat hingga dirumah. Sedikit demi sedikit saya lalui jalan tanah itu dan tampaknya saya lapar, kebetulan membawa dua roti dan saya sempat makan roti disana dan ketika itu pula persediaan air sudah habis, padahal jarak masih jauh. Namun alasannya tekad yang berpengaruh untuk menuntaskan perjalanan gowes ini hingga tuntas tanpa santunan siapapun, saya pun melanjutkan perjalanan lagi dan beberapa kali keram di paha ini muncul sehingga terasa begitu tersiksa dan kadang saya harus berhenti beberapa menit untuk menghilangkan rasa sakit itu.
Dengan semangat pantang mengalah bertahap kesannya jarak mulai terpangkas, sudah mulai merasa akrab dengan rumah sambil berjalan dan kadang mengayuh saya terus berjalan melewati setiap langkah untuk cepat hingga rumah. Tanpa peduli apapun saya tetap berjalan alasannya pikiran ini sudah berada di rumah saja dan berkhayal ketika hingga dirumah nanti saya akan pribadi taruh sepeda, tidur dilantai sambil dikipas, rasanya niscaya seger. Saat hingga di lanyaan ternyata tidak ada pohon rindang, jadi sinar panas matahari begitu terasa aben energi ini yang sudah mulai kendur. Namun hal itu tidak menciptakan saya lemah, perjalanan harus terus berlanjut tinggal beberapa ratus meter lagi akan hingga rumah.
Setelah itu kesannya saya hingga dirumah, sepeda pribadi ditaruh, semua pakaian dibuka, kemudian pribadi masuk kamar dan tidur dilantai dan kipas dihidupkan untuk menyegarkan badan ini yang sudah terlalu panas alasannya gowes dari Singaraja Kota hingga ke Tamblang. Rasanya sangat lega ketika sudah berbaring di lantai, capeknya benar-benar terasa. Nah itulah dongeng perjalanan Gowes dari Singaraja ke Tamblang, ada yang mau ikut?
Pagi ini Minggu (15/5/2016) saya berangkat dari desa Tamblang naik sepeda sendirian sekitar pukul 05.10 Wita melewati beberapa desa ibarat desa Bila Bajang, Bengkala, Kubutambahan, Bungkulan, Sangsit, Kerobokan, Penarukan. Setelah itu masuk jalan kota mulai dari jalan WR. Supratman dan kemudian masuk kota lewat jalan Gajah Mada dan menuju lokasi CFD yang dimulai dari Patung Singa Ambara Raja. Seperti yang terlihat pada aplikasi gowes saya yakni Runtastic, disana terlihat durasi saya gowes dari Tamblang ke Singaraja ialah 46.37 detik dengan menempuh jarak 18.23 km, jadi saya tiba di Singaraja sekitar pukul 06.00 Wita.
Sebelum masuk ke lokasi CFD saya sempat berhenti untuk melihat situasi sempurna di depan Gedung DPRD Kabupaten Buleleng yang ada di jalan Veteran. Saya duduk membisu disana sekitar 5 menit sambil sedikit minum agar tidak dehidrasi. Setelah itu saya mulai mengamati di sekitar patung Singa, ternyata ada tanda rambu tidak boleh masuk yang sudah dipasang oleh petugas DLLAJ (Dinas Lalu-lintas dan Angkutan Jalan) yang waktu itu saya lihat ada tiga orang, dua laki-laki dan satu wanita. Sepertinya saya kenal satu petugas itu, jika tidak salah namanya Ngurah Bego dari Sambangan, tapi saya tidak samperin beliau takut nanti salah orang. Mudah mudahan ada salah satu petugas DLLAJ Buleleng yang membaca goresan pena ini dan memberikan kepada Ngurah Bego itu.
Setelah itu saya berhenti sempurna di sebelah utara Pos Polisi yang digunakan lokasi Syuting oleh Nong Nong Kling ketika menciptakan film pendek yang berjudul Mengikis Keraguan. Disana saya duduk di depan trotoar sambil melihat orang-orang yang melintas di jalan menikmati suasana CFD. Namun selang beberapa menit tiba kendaraan beroda empat tangki yang berwarna hijau dan menyiram tanaman yang ada di sekitar sana dan kesannya saya harus pindah dan menuju ke tengah jalan sempurna di depan Tugu Singa Amabara Raja. Sebelumnya di sana sudah ada bawah umur yang kumpul disana dan saya duduk sempurna disebelah selatannya dan saya juga sempat ngobrol sama mereka. Salah satu dari mereka bertanya "Om dari mana asalnya?" saya menjawab "dari Tamblang gus, tahu desa Tamblang?" salah satu anak menjawab "wih jauh sekali, ke sini naik sepeda om, sendirian om?" dan saya jawab lagi "iya gus naik sepeda sendirian" dan salah satu anak berkata lagi "Gak sekalian dilanjutkan hingga Lovina om?" saya menjawab lagi "wah itu kejauhan gus, nanti baliknya gak dapat takut kecapean?" salah satu anak berkata "wih berpengaruh sekali Omnya naik sepeda jauh gitu."
Mumpung masih berada dalam satu lokasi dan saya pun semapat minta tolong kepada salah satu anak itu untuk mengambil foto dan hasilnya masih gelap, wajah saya tidak kelihatan, mungkin akrena pagi itu masih mendung dan matahari belum tampak untuk dapat menyinari wajahku yang kusam ini. Hampir tidak ada kegiatan yang menarik di depan tugu Singa ini, yang ada cuma orang duduk di jalan, ada juga beberapa bawah umur yang membawa sepeda BMX dan melaksanakan aksinya naik sepeda dengan satu roda belakang saja (standing keto istilahne). Setelah itu saya putuskan untuk menuju ke utara yakni menuju Taman Kota.
Sampai di Taman Kota Singaraja ternyata di sana ramai sekali, banyak orang yang berkeliaran di jalan. Ada bawah umur yang bermain bola di jalan, ada ibu-ibu yang ikut senam kesejukan Jasmani (aerobik) dan ada juga beberapa booth makanan, pakaian dan sepeda motor. Ada sesuatu hal yang menarik yang saya lihat ketika melintas di depan Taman Kota, saya melihat Nissan Juke warna merah digunakan lapak untuk berjualan baju. Baju-baju itu digantung di jendela Nissan Juke itu. Tidak banyak yang saya lalukan di sini, hanya melihat-lihat saja tanpa dapat berbuat apa. Setelah itu saya putuskan untuk pulang saja alasannya sudah mulai panas dan takut ketika perjalanan tersengat matahari yang panas.
Kali ini start dari patung Singa, menuju jalan Veteran, kemudian lewat jalan Gajah ada dan belok kanan menuju Banyuning. Saat perjalanan pulang ini akan sangat terasa capeknya. Awalnya ketika start dari tugu Singa hingga di Kubutambahan, semua medan dapat terlewati dengan baik. Nah sampailah pada pertigaan di Kubutambahan menuju jalur Tamblang, secara kita tahu jalan itu posisinya nanjak meski tidak terlalu najak. Dari sana gres mulai terasa capeknya dan tenaga terus terkuras. Sempat berhenti di depan SD N 7 Kubutambahan atau akrab Kantor Polsek Kubutamhan untuk mengumpulkan tenaga, sehabis itu lanjut lagi. Memang benar-benar sadis medan ini, capeknya benar-benar terasa dan tampaknya otot paha sudah mulai keram.
Setelah itu masih berlanjut mengayuh sepeda yang tak ada hentinya alasannya jalan nanjak, saya putuskan untuk lewat jalan pedesaan untuk menghindari panas dan medan yang baik. Karena jalan itu ada nanjak dan ada juga datar, beda jika lewat jalan raya yang nanjak terus. Jalur jalan tanah ini sudah sering saya lewati, biasanya dapat dilibas tanpa pernah berhenti mengayuh, namun alasannya hari ini benar-benar capek dan tenaga sudah terkuras, kesannya sepeda tidak saya naiki. Jika bertemu jalan datar gres sepeda dikayuh lagi. Keram menghampiri alasannya terlu mekasa mengayuh sepeda di emdan menanjak dan kesannya saya istirahat sejenak. Perjalanan masih jauh kaki keram, sempat frustasi dan mencoba nyari ojek saja untuk cepat hingga di rumah. Namun hal itu tidak saya lakukan alasannya aib sama diri sendiri.
Dengan susah payah kadang berjalan dan kadang mengayuh sepeda, saya mencoba melintasi jalan tanah itu dan berharap cepat hingga dirumah. Sedikit demi sedikit saya lalui jalan tanah itu dan tampaknya saya lapar, kebetulan membawa dua roti dan saya sempat makan roti disana dan ketika itu pula persediaan air sudah habis, padahal jarak masih jauh. Namun alasannya tekad yang berpengaruh untuk menuntaskan perjalanan gowes ini hingga tuntas tanpa santunan siapapun, saya pun melanjutkan perjalanan lagi dan beberapa kali keram di paha ini muncul sehingga terasa begitu tersiksa dan kadang saya harus berhenti beberapa menit untuk menghilangkan rasa sakit itu.
Dengan semangat pantang mengalah bertahap kesannya jarak mulai terpangkas, sudah mulai merasa akrab dengan rumah sambil berjalan dan kadang mengayuh saya terus berjalan melewati setiap langkah untuk cepat hingga rumah. Tanpa peduli apapun saya tetap berjalan alasannya pikiran ini sudah berada di rumah saja dan berkhayal ketika hingga dirumah nanti saya akan pribadi taruh sepeda, tidur dilantai sambil dikipas, rasanya niscaya seger. Saat hingga di lanyaan ternyata tidak ada pohon rindang, jadi sinar panas matahari begitu terasa aben energi ini yang sudah mulai kendur. Namun hal itu tidak menciptakan saya lemah, perjalanan harus terus berlanjut tinggal beberapa ratus meter lagi akan hingga rumah.
Setelah itu kesannya saya hingga dirumah, sepeda pribadi ditaruh, semua pakaian dibuka, kemudian pribadi masuk kamar dan tidur dilantai dan kipas dihidupkan untuk menyegarkan badan ini yang sudah terlalu panas alasannya gowes dari Singaraja Kota hingga ke Tamblang. Rasanya sangat lega ketika sudah berbaring di lantai, capeknya benar-benar terasa. Nah itulah dongeng perjalanan Gowes dari Singaraja ke Tamblang, ada yang mau ikut?
Gowes Dari Tamblang Ke Singaraja Untuk Cfd
Reviewed by agus
on
Maret 03, 2019
Rating:
Tidak ada komentar: